TUESDAY, 22 NOVEMBER 2011
Total View : 443 times
Pentas
perhelatan akbar di Asia Tenggara itu akhirnya berakhir juga. Berakhir
dengan manis, karena Indonesia berhasil menjadi juara umum kembali
setelah puasa 14 tahun. Berakhir miris karena Timnas Sepakbola kita
kandas di final oleh adu penalti Malaysia. Dan berakhir tragis untuk
kematian dua orang suporter Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno
Jakarta malam tadi Senin (21/11).
Kita
bangga dapat menyaksikan seluruh atlet dapat berjaya atau setidaknya
meraih peringkat disemua cabang. Raihan 171 emas, 147 perak dan 136
perunggu (hingga pagi ini) memperlihatkan hasil memuaskan yang membayar
persiapan penyelenggaraan yang konon meraup dana hingga milyaran rupiah
itu. Semua atlet pada seluruh cabang memperlihatkan semangat juang dan
determinasi yang tinggi untuk bangsa dan negara.
Kekecewaan
juga masih nampak pada sebagian besar rakyat Indonesia kala timnas
kesayangan kita harus takluk oleh negara tetangga Malaysia pada laga
final sepakbola dalam drama adu penalti yang berakhir 3-4 setelah
sebelumnya bermain imbang 1-1. Harapan besar untuk menyandingkan
predikat juara umum dan emas di cabang paling populer di Dunia dan
Indonesia itu pupus sudah. Walau sejumlah nilai positif didapat karena
masa depan timnas muda yang punya talenta tinggi ini.
Namun
dua faktor itu pun tertutup oleh ketidaksiapan panitia penyelenggara
dalam memastikan keselamatan para penggemar olahraga. Membludaknya massa
yang mendesak membuat beberapa orang terjatuh dan terinjak. Dua nyawa
pemuda melayang untuk masuk ke stadion hanya karena ingin melihat timnas
berlaga. Keinginan mereka yang tidak kesampaian itu harus dibayar
mahal. Antusiasme murni mereka tidak berbanding lurus dengan kenyataan
yang terjadi.
Satu
catatan atas fakta itu mengemuka bahwa pembinaan dan penyelenggaraan di
negara ini jelas harus dirubah total. Karena kita tidak ingin lagi
melihat berbagai macam ketidak siapan dan akibat besar yang akan
ditimbulkan seperti kejadian ini. Tersedianya fasilitas dan anggaran
dana yang besar ternyata tidak juga membuat segalanya berjalan mulus.
Kalaupun
ada yang menanyakan apa jalan keluar ini dari masalah ini, jawabannya
hanya satu yaitu Indonesia harus belajar mengucap syukur. Mental
pengucap syukur akan selalu mendapatkan jalan yang positif, sportif dan
kontibutif untuk kejayaan Indonesia pada perhelatan olahraga lain yang
menunggu didepan mata!